Sabtu, 24 Agustus 2019

Hari Raya Qurban: Setiap kita adalah Ibrahim

 

Setiap kita adalah "IBRAHIM" dan setiap Ibrahim punya "ISMAIL"
Ismailmu mungkin 'HARTAMU',
Ismailmu mungkin 'JABATANMU',
Ismailmu mungkin 'GELARMU',
Ismailmu mungkin 'EGOMU',
Ismailmu adalah sesuatu yang kau 'SAYANGI' dan kau 'PERTAHANKAN' di dunia ini...
Ibrahim tidak diperintahkan Allah untuk membunuh Ismail, Ibrahim hanya diminta Allah untuk membunuh rasa 'KEPEMILIKAN' terhadap Ismail. Karena hakekatnya semua adalah milik Allah.

Semoga Allah anugrahkan KESHALIHAN Nabi Ibrahim dan KEIKHLASAN Nabi Ismail kepada kita semua, agar kita bisa mengaplikasikan kedalam kehidupan kita.
Jangan rendahkan dan hinakan orang lain dengan harta, jabatan dan gelarmu karena di hadapan Allah hanya ketaqwaan kita yang diterima oleh-Nya.

Ketika Ismail berada dalam usia gulam dan ia telah sampai pada usia sa'ya, yaitu usia di mana anak tersebut sudah mampu bekerja yaitu usia 17 tahun ke atas. Pada usia tersebut benar-benar Ibrahim sangat mencintainya dan orang tuanya merasa putranya benar-benar sudah bisa mendatangkan banyak manfaat.

Ibrahim alahis salam berkata pada putranya, "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu."

Ismail ingin bersabar, ingin harap pahala dengan menjalankan perintah tersebut, mengarap ridha Rabbnya serta ingin berbakti pada orang tuanya. Ismail pun meminta pada bapaknya untuk melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah ta'ala. Niscaya akan didapati Ismail termasuk orang-orang yang sabar atas kehendak Allah. Kesabaran tersebut terkait dengan kehendak Allah karena memang tanpa kehendakNya, kesabaran tersebut tak bisa dicapai.

Ketika Ibrahim dan Ismail telah berserah diri, Ibrahim sudah akan menyembelih anaknya putranya sendiri, buah hatinya. Hal itu dilakukan untuk menjalankan perintah Allah dan takut akan siksaNya. Ismail pun telah mempersiapkan dirinya untuk sabar. Ia merendahkan diri untuk taat kepada Allah dan ridha pada orang tuanya. Ibrahim lantas membaringkan Ismail di atas pelipisnya. Ia dibaringkan pada lambungnya lalu siap disembelih. Kemudian Ibrahim memandang wajah Ismail ketika hendak disembelih.

Ketika dalam keadaan gelisah dan cemas, Ibrahim diseru dan dikatakan bahwa benar sekali ia telah membenarkan mimpi tersebut. Ia telah mempersiapkan diri juga untuk hal itu. Yang terjadi ketika itu pisau sudah dilekatkan di leher.

Peristiwa ini adalah ujian Allah pada Nabi Ibrahim alahis salam, menunjukkan akan kecintaan Ibrahim pada Rabbnya. Allah menguji Ibrahim lewat anak yang benar-benar ia cintai, diperintahkan untuk disembelih. Akhirnya, Allah mengganti dengan domba yang besar sebagai tebusan. Ibrahim bukan menyembelih Ismail, namun menyembelih seekor domba. Itulah balasan bagi orang yang berbuat ihsan. Itulah Ibrahim yang merupakan bagian dari orang beriman. Orang yang berbuat ihsan disini yang dimaksud adalah orang yang berbuat ihsan dalam ibadah, yang mendahulukan ridha Allah dari pada syahwat.

Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, dan dapat mencontoh nilai dari ketaqwaan keshalihan dari Nabi Ibrahim dan Ismail yang dicontohkan kepada kita semua. Kami keluarga besar SDIT Plus Mutiara Umat mengucapkan Selamat Idhul Adha 1440 H.

0 komentar:

Posting Komentar